|

Sukses Jalan Terus


dakwatuna.com – Pada tahun 1923, sebuah kelompok kecil orang-orang terkaya di dunia bertemu di hotel Edgewater Beach di Chicago, Illionis. Pada saat itu, mereka mengendalikan uang lebih besar daripada jumlah uang yang dimiliki Amerika Serikat. Berikut ini adalah daftar nama mereka dan apa yang akhirnya terjadi pada mereka:

  • Charles Schwab: presiden perusahaan baja mandiri terbesar, mati dalam keadaan bangkrut
  • Arthur Cutter : spekulan tepung yang terbesar, mati di luar negeri dalam kondisi bangkrut
  • Richard Witney: direktur Bursa Saham New York, mati setelah dibebaskan dari penjara Sing-Sing
  • Albert Fall : anggota kabinet presiden Amerika Serikat, mendapat pengampunan dari penjara dan mati di rumahnya
  • Jess Livermore : investor terbesar Wall Street, mati bunuh diri
  • Leon Fraser : direktur Bank Penyelesaian Internasional, mati bunuh diri
  • Ivan Kreuger: kepala monopoli terbesar dunia, mati bunuh diri.
***
Banyak orang yang menganggap kesuksesan adalah memiliki banyak harta, popularitas, dan jabatan yang tinggi. Namun, contoh seperti di atas telah membuktikan bahwa tiga hal itu bukan jaminan kesuksesan. Kekayaan, ketenaran, dan kedudukan bukanlah kesuksesan itu sendiri. Ia hanya sarana untuk memperoleh sukses sebenarnya. Apakah sukses itu?
Dalam buku ini, Satria hadi Lubis mengajak kita mendefinisikan ulang makna kesuksesan. Dengan gaya penulisan yang mengalir dan argumentatif, ia mampu membawa kita pada definisi yang ia inginkan dan pada saat yang sama membuat kita mengangguk seorang diri isyarat menyetujui apa yang ia paparkan.
Menurutnya, Sukses adalah; keseimbangan hidup, memberikan manfaat bagi orang lain, proses mencapai cita-cita mulia, menikmati kemenangan-kemenangan, dan ‘akhir yang baik’. Jadi, hanya dengan lima indikator itulah manusia mencapai sukses hakiki.
Keseimbangan hidup sebenarnya berawal dari sunnatullah yang tidak bisa kita lawan, melainkan harus kita ikuti dan kita manfaatkan. Di antara indikator kesuksesan adalah keseimbangan hidup. Artinya, kita akan sukses jika mampu menjaga keseimbangan internal dan keseimbangan eksternal. Keseimbangan internal memiliki empat dimensi; fisik, emosional, mental, dan spiritual. Maka, kita perlu menjaga kesehatan tubuh, perasaan yang bersih, pikiran yang jernih, dan kedekatan dengan Allah. Sedangkan keseimbangan eksternal terwujud jika kita telah memenuhi semua tuntutan peran kita. Satu orang bisa jadi memiliki banyak peran; sebagai ayah bagi anak-anaknya, sebagai suami bagi istrinya, sebagai warga dalam masyarakat, sebagai karyawan dalam tempat kerjanya, sebagai jundi dalam jamaah dakwahnya. Orang yang hidupnya seimbang melayani semua peran dalam hidupnya dengan baik.
Indikator sukses yang kedua adalah memberikan manfaat bagi orang lain. Jika kita selalu memberikan manfaat bagi orang lain berarti hidup kita telah sukses. Semakin banyak manfaat yang kita berikan kepada orang lain berarti kita semakin sukses. Inilah makna hadits Nabi: “Khairun naas anfauhum lin naas”. Dan inilah bentuk mulia dari aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan tertinggi manusia dalam diagram Maslow.
Sukses juga berarti perjalanan menuju cita-cita mulia. Tidak peduli apakah kita berhasil mencapainya atau tidak, selama kita konsisten berada di atas jalan menuju cita-cita mulia berarti kita telah sukses dalam arti yang sebenarnya. Bukankah banyak nabi yang hidupnya menderita di dunia bahkan ada yang tidak memiliki umat seorang pun tetapi mereka termasuk sukses. Inilah makna “malaazamul haq fii quluubina”. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa kemuliaan di sini bukan bersumber dari perasaan subjektif manusia, tetapi ia diukur berdasarkan kebenaran universal, kebenaran yang bersesuaian dengan empat sumber: agama, hati nurani, akal sehat, dan ilmu pengetahuan. Kalaupun keempat hal tersebut saling bertolak belakang, maka agama menjadi batu uji terakhir untuk menentukan kebenaran universal.
Jika diteliti lebih lanjut, cita-cita mulia adalah cita-cita yang memenuhi kriteria: (1) tidak merugikan diri sendiri; (2) tidak merugikan keluarga; (3) tidak merugikan masyarakat; (4) tidak merugikan lingkungan alam; (5) tidak merugikan generasi pelanjut. Sedangkan perjalanan yang konsisten menuju cita-cita itu memiliki indikator: (1) pikiran dan orientasi yang selalu menuju pencapaian cita-cita; (2) prioritas kegiatan lebih banyak untuk mencapai cita-cita; (3) upaya mencapainya dilakukan dengan cara yang benar; (4) terus mencoba mencapai cita-cita walau gagal berulang kali; (5) perubahan cita-cita boleh dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan kebenaran universal.
Indikator kelima dari kesuksesan adalah menikmati kemenangan. Seperti kehidupan Ibrahim bin Adham yang selalu taqarrub kepada Allah dan merasakan kenikmatan di dalamnya, maka ia pun berkata “Seandainya para raja dan sultan itu mengetahui betapa nikmatnya hidup yang aku jalani saat ini, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan menggunakan pedang-pedang mereka”. Model menikmati kemenangan tentunya bukan dengan foya-foya dan hura-hura pasca kemenangan, tetapi menikmati kemenangan dilakukan dengan bersyukur atas kemenangan itu dan menggunakannya secara optimal di jalan kebajikan.
Indikator terakhir adalah ‘akhir yang baik’. Apalah artinya harta yang melimpah, popularitas yang glamour, dan jabatan yang tinggi tetapi berkesudahan dengan cara bunuh diri. Akhir yang baik adalah puncak kesuksesan. Orang yang berhasil mencapainya akan dikenang masyarakat sebagai orang yang sukses, dan memiliki tiket ke surga.
Bagian kedua buku terbitan Pro You Yogyakarta ini kemudian mengupas 7 Rahasia Manusia Sukses. Rahasia itu adalah: (1) Mulai dari orientasi, sehingga kita memiliki orientasi menuju kesuksesan sejati yang memiliki 5 indikator di atas; (2) Bersaing dengan diri sendiri, sebab jalan kesuksesan akan mudah kita lalui ketika kita mampu membawa diri kita sendiri dengan kesadaran penuh berupaya mencapai kesuksesan, dan hambatan terbesar manusia untuk memperoleh kesuksesan memang bukan siapa-siapa melebihi dirinya sendiri; (3) Mendobrak kemalasan, mengalahkannya dan membuatnya menyerah sehingga tidak menjadi tembok penghalang bagi kita untuk bergerak dan berbuat menggapai cita-cita; (4) menikmati dunia, menikmati setiap proses yang kita jalani dan tidak menjadikan keterbatasan sebagai alasan kita merasa berat dan merasa kalah sebelum ‘berperang’; (6) Kerendahan hati, tidak malu belajar dari orang lain, tidak malu mengakui kebenaran yang datang dari orang lain dan tidak sombong ketika beberapa tahapan kesuksesan telah kita miliki; (7) Memberikan warisan bermakna, bukan semata kesuksesan untuk dirinya tetapi kesuksesan itu merupakan karya yang bertahan lama, yang bisa diwarisi oleh generasi berikutnya.
Keistimewaan buku ini, seperti juga buku-buku karangan Satria hadi Lubis yang lain, adalah pada penjelasan dan contoh serta kiat yang diberikan pada beberapa bahasan yang dipandang perlu. Misalnya pada rahasia ketiga “mendobrak kemalasan”. Selain itu juga ada petunjuk praktis, seperti pada bahasan “menuju cita-cita mulia”. Di sana disertakan lembar sasaran dan dua form lain yang perlu diisi untuk mempermudah kita mempraktekkan teori dalam pembahasan tersebut.
Tentu saja, membaca tulisan ini tidak “senikmat” membaca bukunya secara keseluruhan. Buku ini sudah beredar di banyak toko buku sejak awal Februari lalu. Dan, tampaknya orang-orang yang menginginkan kesuksesan perlu untuk segera membacanya! [Muchlisin]

Posted by SDIT Ash Shohwah on 7:04 AM. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "Sukses Jalan Terus"

Leave a reply

Blog Archive

Labels